Keindahan dan keheningan itu bernama ....... Pulau SATONDA
Di wilayah Kabupaten Dompu yang terletak di bagian tengah pulau Sumbawa ini, selain ada lokasi selancar di Pantai Lakei – di bagian selatan yang sudah sangat dikenal oleh peselancar dunia. Kemudian, gunung api Tambora di utara yang letusannya pada tahun 1815 terdahsat di dunia. Akibat letusannya, terbentuk lubang sedalam satu kilometer dan radiusnya tujuh kilometer, telah menyirnakan tiga kerajaan lokal di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Yaitu Kerajaan Pekat, Sanggar dan Tambora yang merupakan taklukan dari kerajaan Bima. Dentuman paroksismal dirasakan oleh penduduk yang berada di pulau Bangka dan Belitung. Gempa bumi yang terjadi bersamaan letusan tersebut dirasakan di Surabaya dan gelap gulita selam tiga hari akibat asapnya dialami masyarakat pulau Madura pada jarak 500 kilometer dari pusat letusan. Tinggi asap letusan menjulang tinggi ke angkasa mencapai puluhan kilometer sehingga mempengaruhi perubahaan global terhadap sistem iklim dunia. Dan di seberangnya barat laut dari Tambora tersebut, ada pulau Satonda. Inilah sebuah pulau gunung api di seberang daratan pulau Sumbawa. Di dalam pulau seluas 4,8 kilometer persegi tersebut terdapat danau seluas 0,8 kilometer persegi. Semua dasar danaunya berkarang. Airnya pun rasa asin. Menariknya, setiap terjadi pasang surut air laut di luar pulau tersebut, juga hal yang sama terjadi di danau tersebut. Itulah obyek wisata yang telah belasan tahun diperebutkan kewilayahannya oleh Pemerintah Kabupaten Bima dan Pemerintah Kabupaten Dompu. Terletak dekat desa Nangamiru Dompu, Satonda menjadi persinggahan wisatawan dalam pelayaran dari Bali ke Flores-NTT. Satonda dipuji danaunya yang berair laut adalah keajaiban dunia. Air laut mengalir melalui bawah tanah. Apabila air laut surut maka danau pun menjadi surut. Pulau Satonda yang disebut sebagai taman wisata itu pernah diteliti diantaranya oleh E.T.Degens, V Ittekot Stephan Kempe (Institute of Biogechemistry and Marine Chemistry, University of Hamburg Jerman) pada bulan Nopember 1984, Prof. D.Eisma, Josef Kazmierczak (Institute of Paleobiology, Polish Academy of Sciences Polandia) pada bulan Desember 1986 dan 1995. Prof.How Kin Wong dan Uwe Selge, 4 Oktober 1986. Sejarahnya, diperkirakan air laut memasuki danau yang semula kaldera gunung Satonda sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Masuknya air laut ke sana sewaktu meletusnya gunung Tambora tahun 1815 dilihat dari bagian-bagian yang runtuh pada bagian selatan bibir yang mengitari danau itu. Diperkirakan tinggi air laut yang menerjang dinding selatan Satonda itu sekitar 10 meter. Kedalaman danaunya bervariasi antara 15-69 meter. Airnya bening. Keasinannya pun berbeda. Pada permukaan hingga 22,8 meter kadar asin 90 persen dibanding air laut. Sedangkan di kedalaman 50 meter ke bawah melebih air laut yaitu 108-117 persen. Kalau di laut bisa ditemui ikan terbang, lumba-lumba. Sedangkan di daratannya, bisa dijumpai menjangan (rusa). Di sana terdapat pohon Kalibuda yang getahnya beracun bisa membutakan mata, dipercaya sebagai pohon keramat. Pada ranting-rantingnya bergantungan ”batu cita-cita”. Yaitu batu yang diikat tali digantungkan pada rantingnya yang dipercayai sebagai tempat menyalurkan keinginan. Di sebelahnya ada makam keramat seseorang yang dipercayai mengalami mukso (raganya menghilang). Untuk para pecinta alam, dari bukit di sana terlihat panorama alam dan matahari yang tenggelam. Yang menyukai panjat tebing di sana terdapat tebing terjal, bukit berhutan dan semak belukar yang ditumbuhi bermacam tumbuhan berduri. Untuk ilmuwan atau mahasiswa, bisa dilakukan penelitian terbentuknya sedimen, mikrobiologi, biokarbonat, jenis lumut dan karang serta perubahan zat kimia. Suasananya juga dilengkapi suara kicaunya burung dan monyet. Si babi hutan mencari makan dan menjangan yang berlari. Turis asing sangat menyukai wisata alam ini, karena alamnya masih bersih, dan menyajikan pemandangan yang luar biasa
0 komentar:
Posting Komentar